Indonesia punya Kualitas, potensi dan segala macam yang di butuhkan untuk BERDIKARI, tapi kenapa seolah-olah di buat belum bisa atau belum sanggup dan lebih mengutamakan EKSPORT dari pada mandiri dan swasembada.
berbagai macam persepsi muncul terkait hal tersebut, utamanya hal mengenai memperkaya diri atau golongan dari pihak terkait yang melakukan import.
Berdikari dalam bidang ekonomi. Masih banyak rakyat Indonesia yang hingga hari ini hidup di bawah garis kemiskinan. Pembangunan yang tidak merata, terlebih di daerah perbatasan. Dominasi penguasaan sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi yang strategis oleh asing, juga kesenjangan kemakmuran yang hanya dinikmati oleh segelintir orang. Berkedaulatan secara ekonomi, sekali lagi solusinya adalah keberanian pemimpin ini untuk bersikap tegas. Segera nasionalisasi aset negara dan tinjau ulang kontrak pada sumber daya yang bernilai strategis. ( konsep berdikari Ir. Seokarno ) ( dikutip dari : http://www.soekarno.net/id/berdikari-kemandirian-bangsa-ala-bung-karno/)
Berikut import2 yang seharusnya bisa tidak di import :
# IMPORT GULA
Impor Gula Salahi Prosedur
Terkait dengan rencana pemerintah untuk
melakukan impor sebanyak 200.000 ton gula, Arum menilai itu adalah untuk
kepentingan konsumsi dengan mendatangkan gula mentah dan diproses di dalam
negeri.
“Setahu saya itu dikaitkan dengan kemungkinan
untuk proses di pabrik gula rafinasi. Tapi yang saya tahu itu, sebenarnya masih
memungkinkan impor langsung white sugar (gula putih), dan skema apapun memang
memungkinkan, tapi yang jelas harus berdasarkan kebutuhan dalam negeri,”
ucapnya.
Selengkapnya : http://waspada.co.id/warta/impor-gula-salahi-prosedur/
Petani Tebu: Indonesia Bisa Swasembada Gula
"Kami
yakin Indonesia bisa swasembada bahkan bisa melakukan ekspor gula ke depannya
karena potensi yang dimiliki oleh negara ini yang besar dengan lahan dan
cuacanya yang mendukung," kata Ketua APTRI Arum Sabil di Kompleks Gedung
Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (27/1).
"Jika
itu semua serius dilakukan pemerintah untuk mendorong petani, kita bisa
swasembada pangan bahkan ekspor karena kita bisa produksi 7,5 juta ton
sedangkan kebutuhan nasional kita berada di 4,7 juta ton per tahun,"
katanya.
Selengkapnya
: http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/01/27/o1mdgp383-petani-tebu-indonesia-bisa-swasembada-gula
# IMPORT BERAS
Negara Pengimpor Beras Terbesar di Dunia, RI Posisi Berapa?
10. Malaysia : Total
volume impor: 1 juta ton
9. Senegal : Total
volume impor: 1,1 juta ton
8. Irak : Total
volume impor: 1,2 juta ton
7. Uni Eropa : Total
volume impor: 1,5 juta ton
6. Saudi Arabia : Total
volume impor : 1,5 juta ton
5. Indonesia : Total
volume impor: 1,6 juta ton
4. Iran : Total
volume impor: 1,6 juta ton
3. Filipina : Total
volume impor: 1,8 juta ton
2. Nigeria : Total
volume impor: 3,0 juta ton
1. China : Total
volume impor: 4,7 juta ton
Selengkapnya
: http://bisnis.liputan6.com/read/2421321/negara-pengimpor-beras-terbesar-di-dunia-ri-posisi-berapa
Swasembada Pangan 2017, Mungkinkah?
Pemerintah harus segera merealisasikan food
estate (lumbung pangan) melalui BUMN-BUMN yang terkait. Langkah ini menjadi
wujud nyata turun tangannya negara dalam penguasaan dan pengelolaan sumber daya
dan komoditas yang berkaitan langsung dengan hajat hidup orang banyak. Food
estate ini sedang dibangun di Merauke (Papua) dengan alasan karena potensi
lahannya yang sangat besar. Sejak era kolonialisme Belanda, Merauke sudah
diproyeksikan menjadi lumbung pangan, bukan hanya untuk Nusantara tapi juga
untuk kawasan Pasifik.
Lumbung pangan (food estate) ini, menurut
Jokowi, bisa menghasilkan beras dengan jumlah besar, setara dengan seluruh
produksi beras Indonesia saat ini, bila pembangunannya berhasil terealisasi
seluruhnya. Dengan mekanisme pertanian modern, lumbung pangan di Merauke bisa
memiliki produktivitas lahan yang tinggi di atas rata-rata nasional. Rata-rata
produktivitas tanaman padi saat ini adalah 5,1 ton/Ha. Diharapkan produktivitas
di Merauke ini mencapai 7 juta ton/Ha. Dengan perhitungan tersebut, maka 1,2
juta Ha lahan dapat mengasilkan 24 juta ton gabah kering giling (GKG), setara
dengan sepertiga produksi beras Indonesia saat ini (70 juta ton GKG). Jika 1,2
juta Ha dikali 7 juta ton/Ha maka dihasilkan 8 juta ton, dikali 3 kali panen
dalam setahun menjadi 24 juta ton per tahun.
Selengkapnya
: http://analisadaily.com/opini/news/swasembada-pangan-2017-mungkinkah/208857/2016/01/27
# IMPORT LISTRIK
IMPOR
LISTRIK, BUKTI KETAHANAN ENERGI JOKOWI HANYA MIMPI
"Impor
listrik dari Malaysia semakin menunjukan Indonesia saat ini sebagai negara
darurat energi karena tidak mampu memberikan pasokan listrik ke daerah,"
kata Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) Jajat
Nurjaman dalam keterangannya, Jumat (22/1).
Dia mengatakan sangat memalukan Indonesia sebagai negara yang besar harus melakukan impor listrik dari Malaysia. Bahkan pemerintah juga mengimpor beras, ikan garam dan yang lainnya.
Dia mengatakan sangat memalukan Indonesia sebagai negara yang besar harus melakukan impor listrik dari Malaysia. Bahkan pemerintah juga mengimpor beras, ikan garam dan yang lainnya.
Selengkapnya
: http://rmol.co/read/2016/01/22/233033/1/Impor-Listrik,-Bukti-Ketahanan-Energi-Jokowi-Hanya-Mimpi
PLN Targetkan Maret-April Proyek Pembangkit Listrik 35 Ribu Megawatt Bisa 'Groundbreaking'
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah terus mengupayakan agar proyek
pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35 ribu megawatt bisa terealisasi.
Direktur Utama PT
PLN (Persero) Sofyan Basir menyebut proyek tersebut akan dikerjakan
tepat waktu.
"Semua dalam jadwal yang sudah benar,
sudah jalan ya, mudah-mudahan sampai Maret-April ini sudah ada yang
groundbreaking," ujar Sofyan Basir kepada wartawan, usai melaporkan
perkembangan proyek tersebut ke Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, di kantor Wakil
Presiden, Jakarta
Pusat, Rabu (27/1/2016).
Selengkapnya
: http://www.tribunnews.com/bisnis/2016/01/28/pln-targetkan-maret-april-proyek-pembangkit-listrik-35-ribu-megawatt-bisa-groundbreaking
# IMPORT GARAM
Ini Sebab Indonesia Masih Impor Garam Hingga Saat Ini
Direktur Utama PT Garam (Persero), Usman
Perdana Kusuma mengungkapkan, setidaknya ada 3 penyebab Indonesia masih menjadi
negara importir garam.
Pertama, masa panen dan pengolahan garam di
Indonesia relatif sangat singkat dan sederhana. Proses memanen garam oleh
petani hanya dilakukan dalam waktu 4-8 hari, bandingkan dengan negara importir
seperti Australia yang proses memanennya mencapai 3 sampai 4 bulan. Sehingga,
kualitas garam Indonesia menjadi sangat rendah.
Petani garam yang mayoritas masih tradisional
tidak melakukan beberapa tahapan pengolahan garam. Sedangkan negara industri
garam, melakukan beberapa tahap untuk memperoleh garam kualitas tinggi (high grade).
“Industri punya 3 tahap jadikan garam kalau
petani 1 tahap. Ketiga tahap ini untuk mendapatkan kualitas garam yang
kuaitas high grade,” kata Usman, Senin (21/9/2015).
Kedua, korporasi dan petani garam belum
memiliki teknologi pengolahan (refinery) untuk garam yang berkualitas rendah. “Refinery garam
memproses garam kualitas rendah untuk menghasilkan garam dengan kemurnian 98%.
Kadar magnesium dan kadar air diperkecil,” jelasnya.
Ketiga, kesulitan untuk mencari lahan baru.
Indonesia memerlukan tambahan lahan baru di tepi pantai yang relatif luas,
minimal 5.000 hektar yang terintegrasi. Saat ini, ladang garam masih terpusat
di daerah Madura, Jawa Timur. Dengan mayoritas sistem pengolahan yang
masih sangat tradisional.
“Lahan nggak bisa
terpecah dan harus terintegrasi. Kenapa? Dalam rangka mekanisasi agar biaya
produksi kecil. Semua harus full mekanisasi,” jelasnya. (dtk/IM)
Tiga Daerah Jadi Sentra Garam
Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki tiga wilayah penghasil garam yang layak
menjadi sentra produksi garam. Tiga daerah tersebut adalah Mbay di Kabupaten
Nagekeo, Teluk Kupang i Kabupaten Kupang dan Wewaria di Kabupaten Ende.
Sebelumnya,
Wakil Menteri Perindustrian RI, Prof. Dr. Alex Retraubun, mengatakan, potensi
lahan garam di Mbay, Kabupaten Nagekeo terbaik di Indonesia. Untuk itu,
pemerinah daerah perlu mendorong agar produksi garam itu bisa sampai pada level
ekspor.
"Jadi
saya tegaskan garam Nagekeo dan lahan yang ada di sana adalah yang terbaik di
bangsa kita, karena lahan itu memiliki kekhasan, yaitu selama tujuh bulan tidak
ada hujan atau kemarau, sehingga sangat cocok untuk usaha industri garam,"
kata Alex.
Selengkapnya
: http://indonesia.go.id/pemerintah-daerah/provinsi-nusa-tenggara-timur/2158-industri/9843-tiga-daerah-jadi-sentra-garam
# IMPORT BURUH
Ribuan Buruh Cina Masuk Indonesia, Ini Penjelasan Menaker
TEMPO.CO, Jakarta -
Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri membenarkan ada ribuan tenaga kerja asing
dari Cina yang sudah masuk dan bekerja di Indonesia. Berdasarkan data
Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) yang diterbitkan Kementerian
Ketenagakerjaan per Januari 2014 hingga Mei 2015 ada sedikitnya 41
ribu buruh asal Cina yang pernah mendapatkan izin kerja. Sampai akhir Juni
2015, Menteri Hanif memastikan ada 12 ribu buruh Cina di Indonesia
Selengkapnya
: http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/08/31/093696421/ribuan-buruh-cina-masuk-indonesia-ini-penjelasan-menaker
Dipimpin Jokowi, 43.085 buruh di PHK selama Januari-September 2015
Data Kementerian Ketenagakerjaan mencatat,
sepanjang Januari-September 2015 ada 43.085 buruh dipecat. Itu belum termasuk
ribuan pekerja lainnya kini dirumahkan dan terancam di-PHK.
"Ada sekitar 6.496 pekerja terancam PHK,
posisi saat ini dirumahkan," kata Direktur Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial Kemenaker Sahat Sinurat seperti dilansir Antara di Jakarta,
Senin (28/9).
Perlambatan pertumbuhan ekonomi dijadikan
alibi penyebab terjadinya PHK. Kemenaker memperkirakan, jumlah buruh yang
di-PHK sebenarnya jauh lebih besar dari angka tersebut. "Angka ini
(adalah) angka yang dilaporkan ke Dinas Tenaga Kerja," tambah Sahat.
Selengkapnya
: http://www.merdeka.com/uang/dipimpin-jokowi-43085-buruh-di-phk-selama-januari-september-2015.html
# IMPORT DAGING
Impor Sapi Meningkat, Jokowi Khianati Janji Kampanye?
Presiden Joko Widodo kembali membuat
kontroversi kebijakan. Ketua Komisi VI DPR, Hafisz Tohir, menilai, kebijakan
impor 262.000 sapi dari Australia melukai hati peternak sapi dalam negeri.
Padahal, Presiden Joko Widodo berjanji Indonesia mampu menjadi produsen daging.
Kementerian Perdagangan Indonesia berharap
dapat menerbitkan izin untuk mengimpor 264.000 ekor sapi pada kuartal keempat
tahun ini-sebuah peningkatan yang signifikan dari perkiraan awal sekitar
136.000 ekor.
Direktur Jenderal Kementerian Perdagangan,
Partogi Pangaribuan menyatakan bahwa ditingkatkannya keran impor sapi dari
Australia disebabkan situasi akhir tahun yang secara musiman akan meningkatkan
permintaan daging. Hal ini juga ditujukan untuk meningkatkan simpanan untuk
kuartal pertama tahun 2015.
Selengkapnya
: https://www.selasar.com/ekonomi/impor-sapi-meningkat-jokowi-khianati-janji-kampanye
Swasembada Daging Sapi Sulit Tercapai
Pemerintah
menargetkan swasembada daging sapi pada tahun 2019 sebesar 746.000 ton. Namun
di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu ini target swasembada daging sapi
akan sulit tercapai.
Ketua
Persatuan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bustanul Arifin mengatakan,
swasembada daging sapi mungkin baru terwujud pada tahun 2024. Perhepi telah
melakukan analisa dan simulasi permintaan ketersediaan sapi dalam negeri.
Selengkapnya
: http://membunuhindonesia.net/2015/09/swasembada-daging-sapi-sulit-tercapai/
0 komentar:
Posting Komentar